Ziarah ke Makam Ki Juru Mudi Mbah Wayah Sebagai Cagar Budaya Indonesia yang ada di Kota Pekalongan
Ziarah ke
Makam Ki Juru Mudi Mbah Wayah Sebagai Cagar Budaya Indonesia yang ada
di Kota Pekalongan - Sejarah tidak akan bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dari
sejarah kita bisa melihat kacamata masa lalu, agar pijakan di kehidupan di masa
yang datang tidak terulang seperti masa lampau. Banyak hal-hal penting yang
bisa kita pelajari dari sebuah sejarah, dari peradaban, perjuangan, jatuhnya
sebuah negara, perlawanan, cinta, mengenal pahlawan, dan bagaiman ibu pertiwi
bangkit.
Krapyak Kidul Gang 8 |
Hampir dua tahun sudah saya beraktivitas di kota
Pekalongan. Kota yang dinobatkan menjadi Kota Kreatif Dunia oleh UNESCO di
tahun 2014. Pekalongan juga dikenal dengan kota yang memiliki banyak heritage (Peninggalan Sejarah). Dari
budaya, bangunanan, arsitektur dan lain sebagainya. Tercatat dalam buku
Inventaris BCB Kota Pekalongan ada 28 Cagar Budaya Indonesia yang dimiliki oleh
Kota Pekalongan. Luar biasa!
Mengenal Sosok Ki Juru Mudi
atau yang Akrab disapa Mbah Wayah
Ketika saya membuka kembali buku inventaris, yang
memuat bangunan-bangunan bersejarah di Pekalongan. Entah kenapa saya kepengen
mampir ke Makam Mbah Wayah yang ada di Kelurahan Krapyak, Pekalongan. Melihat
foto yang sudah lama tersebut, membuat saya penasaran apakah sudah ada
perbaikan yang terjadi di tahun 2019 ini kepada makam Mbah Wayah? Akhirnya
Minggu, 17 November 2019 kemarin saya bersama suami menyempatkan waktu untuk
bertandang mencari makam Mbah Wayah berbekal dengan alamat yang ada di buku.
Kisah Sejarah Ekspedisi
Militer Kerajaan Mataram Pada Tahun 1628 - 1629 M
Makam Mbah Wayah dari Samping |
Alkisah seorang Pemuda yang gagah berani utusan dari
Kerajaan Mataram, menuju Batavia pada tahun 1628 - 1629 M dengan menaiki kapal
bersama rombongan tersebut dipimpin oleh Juru Mudi yang bernama Dirman.
Dalam perjalanan panjang melewati barat dan
menelusuri laut Utara Jawa, mereka berunding di tengah perjalanan. Ada firasat
yang mengatakan bahwa misi dari tugas tersebut tidak akan berhasil, meski
perjalanan tersebut dilanjutkan. Tanda-tanda kegagalan misi tersebut juga
dirasakan para sesepuh yang hadir dalam rombongan itu. Maka harus diputuskan,
prajurit bersama perbekalan yang lengkap itu diperhitungkan matang-matang.
Pada akhirnya kesepakatan bersama dibuat, mereka
tidak jadi berangkat untuk mengemban misi perang menuju Batavia, karena firasat
yang akan dialami oleh pekerjaan itu sia-sia. Bukan karena mereka kalah sebelum
berperang, tetapi karena sudah sering melakukan peperangan, baik perang besar
maupun kecil. Namun firasat pada saaat itu sangat kuat, daripada rombongan
prajurit tersebut mati sia-sia mereka memutuskan untuk singgah dahulu di pantai
Krapyak.
Dengan kemampuan pengalaman yang dipunyai oleh
prajurit, mereka mengembangkan keahliannya di daerah Krapyak. Dari bercocok
tanam, berdagang, dan juga membuka lahan baru serta kehidupan yang baru. Karena
penyebaran Islam waktu itu sudah kental, mereka pun mendirikan Mushola sebgai
tempat ibadah.
Kapal yang ditancapkan dengan jangkar di pesisir
Hutan Krapyak, terkubur atau terurug oleh tanah karena sudah beratus tahun
lamanya. Namun, rantai dan jangkarnya masih tetap apik dan awet. Sayangnya
dicuri oleh orang, padahal jangkar dan rantai kapal tersebut dipercaya oleh
penduduk setempat sebagai benda yang bisa menangkal adanya badai.
Waktu yang berlalu, dan rombongan kapal Mbah Wayah
pun akhirnya menjadi penduduk setempat. Bahkan pemuda yang dijuluki sebagai
Mbah Wayah atau Mbah Dirman, menghembuskan napas terkahir di kelurahan Krapyak.
Dahulu desa tersebut bernama Kampung Koloduto, yang memiliki arti Orang
Pendatang dari Utusan Perang.
Makam Mbah Wayah dari Dalam |
Tradisi Udik-udikan di Makam Mbah Wayah
Tidak sulit menemukan Kelurahan Krapyak yang ada di
Kota Pekalongan ini, asal sesuai dengan google map. Saya dan suami menurut
alamat yang tertera di buku, ‘Kelurahan Krapyak Kidul Gang 8. RT 14, masuk ke
arah Barat belok kanan masuk ke Gang 5.A’. Dari situlah saya menemukan makam
Mbah Wayah, setelah bertanya-tanya kepada warga Gang Krapyak.
Semua yang ada dalam pikiran, soal foto yang ada
buyar sudah. Karena penampakan makam Mbah Wayah sekarang sudah berubah total, terlihat
seperti rumah. Walaupun ukuran panjangnya 2 M2 dan lebar 5 M2, Makam Mbah Wayah
nampak luas dan adem ketika disinggahi.
Sebelum masuk ke Makam Mbah Wayah, saya mencari tahu
warga yang bernama Bapak Munawar, karena beliau yang dikuasakan atas status
kepemilikan merujuk pada buku tersebut. Ternyata Bapak Munawar ini sudah
meninggal, dua tahun yang lalu. Inalillahiwainailaihirojiun,
oleh putri tertua beliau saya dipersilakan untuk ziarah.
"Monggoh,
langsung saja Mbak. Nggak apa-apa, di situ sudah ada kitabnya, kalau mau
berdoa," ucap beliau dengan ramahnya. Kemudian kami berdua ditinggal.
Saya dan suami lantas mengambil kitab Yasin yang
bersampul biru tersebut, dan mulai mendoakan beliau. Syahdu rasanya, bisa
benar-benar datang padahal hanya sekelebatan keinginan. Ramai anak-anak yang
berteriak dan saling mengintip, membuat kekhusyukan kami agak sedikit
teralihkan. Mereka berbisik-bisik dengan kata-kata yang baru saya dengar sekali
itu, "Meh ono Udik-udikan yo?"
(Apa mau ada Udik-udikan ya?)
Makam Mbah Wayah Tampak dari Pintu Masuk |
Ternyata yang dimaksud dengan kata, 'Udik-udikan'
ini adalah salah satu adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki hajat waktu datang ke Makam Mbah Wayah ini. Yakni tradisi membuang
uang receh, ketika apa yang diinginkan tergenapi. Tradisi ini kurang lebih sama
ketika ada seseorang setelah melahirkan bayi dan melakukan ritual cukur rambut.
Ada tradisi membuang uang receh, yang kemudian dikeroyok oleh warga kampung.
Demikian halnya dengan pengertian 'Udik-udikan' yang dimaksud warga.
"Mau ada Udik-udikan
Mbak?" Seorang Ibu dengan rambut yang agak disemir blonde itu
bertanya. Meski sudah sepuh beliau tampil dengan nyentrik.
"Udik-udikan
itu apa sih Buk?" Ucap saya benar-benar penasaran, dan kemudian beliau
menjelaskan dengan gamblang. Barulah saya mengerti dan sempat takjub karena
geli juga. Niat saya awalnya bertakziah, jadi tahu ada tradisi semacam itu.
Bahkan saya disuruh datang lagi ketika malam Juma'at Kliwon, atau Jum'at Legi,
karena pada hari itu di Makam Mbah Wayah akan ramai orang berdoa dan ada
tradisi Udik-udikan tersebut.
Fakta Makam Mbah Wayah
Adalah Makam yang Sakral
Semasa hidupnya Mbah Wayah dikenal dengan pribadi
yang jujur perilakunya, kerendahan hati yang dimilikiya dan ucapannya selalu
baik. Beliau dikenal orang yang mudah memberikan pertolongan. Wayah dalam
bahasa jawa berarti, waktu. Mbah Wayah ini jika dipintai pertolongan oleh warga
setempat tidak mengenal waktu (Sak Wayah-wayah), ya dilakukan.
Jadi fakta mengenai makam Mbah Wayah yang sakral
ini, saya dapatkan infromasinya langsung dari warga setempat termasuk dari
putri Bapak Munawar salah satu dari 3 orang Juru Kunci Makam. Apabila ada orang
yang memiliki perkara, urusan yang menyangkut kepercayaan. Mereka biasanya
datang ke Makam Mbah Wayah untuk melakukan Sumpah.
Makam Mbah Wayah yang Bersih |
"Seringnya orang yang selingkuh datang kemari
Mbak, untuk melakukan Sumpah," ungkap ibu dengan rambut blonde yang nyentrik
tersebut, "yang datang dari jauh-jauh, Mbak!" Lanjutnya meneruskan
percakapan kami.
"Kalau ada orang yang berani sumpah palsu, ya
nanti kejadian beneran sumpahnya. Tapi kalau mereka sumpah yang benar-benar
tidak melakukan kecurangan, ya Alhamdulillah tidak kenapa-kenapa, Mbak!"
Tegas putri bapak Munawar. Saya dan mas suami manggut-manggut mendengarkan,
sembari sesekali menimpali.
Makam Mbah Wayah ini ternyata sudah pernah memiliki
3 orang juru kunci, adalah Bapak Saleh yang menjaga dari tahun 1957, Bapak
Syakur Yakup dari tahun 1978 dan Bapak Munawar dari tahun 2008 sampai dengan
2017. Sekarang Makam Mbah Wayah lebih dikelola oleh warga setempat, dan
pembangunan lokasi makamnya sudah berlangsung sejak tahun 1964. Waktu itu oleh
Bapak Ning, Komandan Kodim Pekalongan dan Bapak Suharjo Rekso Atmojo, Camat
Pekalongan Timur pada waktu tersebut.
Gang 5 A, Tembusan dari Gang 8 Krapyak Makam Mbah Wayah |
Alhamdulillah dengan menjelajah kembali cerita di
balik Cagar Budaya Makam Mbah Wayah yang ada di Kota Pekalongan dan dimiliki
Indonesia ini, jadi membuat saya bangga. Banyak sekali sejarah yang tersimpan
beserta tradisi dan keunikannya. Mungkin kalau kita hanya diam di tempat, dan
tidak langsung menelusuri sejarahnya ya pengetahuan kita sebatas itu saja.
Kalau dikenali lebih dekat begini, jadi terasa lebih menentramkan dan menambah
pengalaman. Karena selama ini orang hanya mengenal Kota Pekalongan dengan Kota
Batik, padahal banyak heritage bersejarah termasuk banyak makam yang menjadi
Cagar Budaya Indonesia.
Bagaimana kalau mulai sekarang kita saling
melestarikan Cagar Budaya Indonesia, yang ada di Kota terdekat? Dengan cara
mengunjunginya langsung, dan menelisik sejarahnya. Ini seru dan akan semakin
membuat kita mencintai Tanah Tumpah Darah kita dilahirkan. (*)
Mari Berpartisipasi pada Kompetisi "Blog Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah!"
Flyer Blog Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah |
Kenali Cagar Budaya
Indonesia Lebih dalam Melalui Kanal ini
:
Instagram :
@cagarbudayadanmuseum
Website :
kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Alamat : Komplek Kemdikbud Gedung E Lt.4. Jln.
Jenderal Sudirman Senayan Jakarta 10270
Email :
kebudayaan@kemdikbud.go.id
Telepon : (021)
5731063, (021) 5725035
Sumber tulisan :
Buku Investari BCB Kota Pekalongan Tahun 2017
Wawancara masyarakat setempat
Foto by dokpri edited by canva
Aku ke sini harus tanya2 soalnya pas tak telusuri jalannya memang agak muter2, tapi sekarang tempatnya sudah bagus ya ternyata.
BalasHapuskalo menyangkut sejarah gini, aku jg seneng mba. apalagi kalo ada warga ato guide yg tau cerita komplitnya. jd kita ga cuma sekedar datang gitu aja :). Sering dtg ke pekalongan, aku jg taunya ini kota batik dan kuliner tautonya :).ternyata wisata sejarahnya ada juga.
BalasHapusmakam leluhur seperti ini sering kita jumpai di tiap kota di Indonesia ya mbak, Pekalongan salah satunya. Saya taunya Pekalongan ini kota batik :)
BalasHapusHabis baca ini aku langsung buka jendela baru dan mengetik cagar budaya di google, lalu tertarik dengan artikel dari situs belajar(dot)kemdikbud(dot)go(dot)id tentang cagar budaya.
BalasHapusSemua dijelaskan dengan lugas di sana.
Dapat pencerahan lagi...
Terima kasih Nyi...
salah satu yang tidak terpisah dari sejarah adalah hal-hal mistis ya mba. seperti melakukan sumpah didekat kuburan lama
BalasHapusbelum pernah ke Pekalongan sih, tapi ternyata kerajaan mataram juga tersebar dibeberapa daerah ya
BalasHapusWah, saking sakralnya sampai didatangi orang selingkuh untuk sumpah, baru tahu ada yang seperti ini. Selama ini tahunya Pekalongan = batik = belanja hehehe
BalasHapusaku abis baca ini langsung mikir, kayaknya budaya indonesia emang kental dengan hal-hal mistis ya mba :)
BalasHapusAjaibnya...karena diyakini, jadi kejadian beneran yaa, teh..
Hapus**The Power of belief
Semoga makam ini menjadi cagar buday yang terawat dan terjaga ya Mba. M
BalasHapusKeren banget ulasannya. Saya baru tahu dengan fakta kota Pekalongan pernah dinobatkan sebagai kota kreatif dunia pada tahun 2014. Bangga sekali rasanya. Bisa jadi ide untuk liburan selanjutnya nih!
BalasHapusAku baru tahu tentang kota Pekalongan yang dinobatkan sebagai kota kreatif dunia di tahun 2014. Sangat membanggakan ya! Juga dengan informasi mengenai kanal cagar budaya resmi dari kemdikbud.. Aku jadi dapat ide baru untuk liburan nih. Terimakasih infonya Nyi ❤️
BalasHapusAku baru tahu istilah udik-udikan mbak. ternyata itu toh artinya. Thanks for sharing kisahnya Ki Juru Mudi Mbah Wayan, jadi nambah pengetahuan
BalasHapusYa ampun itu yang nyuri jangkar sama rantai kapalnya siapa sih. Kok aku kzl, itu kan peninggalan sejarah ... Baca dari sini jadi tahu deh ada makam mbah Wayah yang orangnya selain pemberani juga senang membantu orang tanpa mengenal waktu. Terima kasih, ku jadi tahu tradisi udik-udikan juga hehehe.
BalasHapusSaya pun suka pelajari tentang sejarah.
BalasHapusTapi cukup tau aja cagar budaya sebagai peninggalan sejarah, gak perlu diyakini segala sesuatu yang berhubungan dengan hal spiritual.
Ak belum pernah ziarah-ziarah mba yang seperti orang-orang ternama pada zaman dulunya, sangan inovatif sekali jadi pengen
BalasHapusmakam tua seperti ini memang harus dirawat yaa, Mba :)
BalasHapusdi daerahku, ada beberapa makam tua yang masih sering diziarahi orang-orang sampai saat ini
memang kita wajib ya menjaga aset cagar budaya Indonesia supaya nanti anak cucu juga bisa melihat
BalasHapusMemang gak ada habisnya ngomongin Pekalongan, mulai dari batiknya, makanannya, tempat wisata termasuk situ atau makam orang bersejarah, lalu banyak blogger dan vlogger pula di Pekalongan yang mengabadikan setiap momen dan tempat menarik di Pekalongan. Kewren.. Makin dikenal dunia deh
BalasHapusSifat dermawan Ki Juru Mudi ini sangat patut untuk diteladani, ya. Tadinya saya sudah menebak-nebak arti namanya, ternyata benar
BalasHapusWah, area makamnya sangat dijaga dengan baik kebersihannya ya. Jadi peziarah juga bisa nyekar dengan nyaman. Btw aku gagal fokus sama gapura mba, aku suka deh liat bagunan - bangunan etnik gitu. Kesannya asri, adem dan sangat Indonesia.
BalasHapuskezel banget, kenapa sih segala dicuri jangkarnya, dijual ke tukang loak besi besi apa gimana ya itu? aduh keterlaluan:(
BalasHapusWaah banyak banget info baru yang kudapetin dari postingan ini. Makasi kaaak. Btw aku tiap tahun kalo mudik lewat pekalongan. Semoga bisa mampir ke sini ya
BalasHapusTradisi udik-udikan mirip sama tradisi saweran di daerah aku. Bedanya, kalau saweran itu lebih ke buat syukuran gitu, kalau ada rezeki atau anak baru bisa jalan gitu biasanya saweran buat orang kampung/tetangga.
BalasHapusBoleh ya berziarah ke makam dan mendoakan ahli kubur, namun wajib hati-hati juga supaya jangan sampai mengikuti ritual yang tidak sesuai kaidah :)
BalasHapusSenang banget aku mbak dengar cerita perjalanan ziarah ke cagar budaya.. Kalau aku balik tinggal di Jawa, aku mau main2 ke sana juga hihi
BalasHapusAku baru tahu ada cagar budaya berupa makam Mbah Wayah ini, sepertinya memant jarang terekspos yah
BalasHapusKalo gak mampir kesini gak bakaln tau asal usulnya deh mba. Suka banget kalo baca sejarah suatu tempat kaya gini sambil baca sambil membayangkan gimana kondisinya jaman dulu.
BalasHapusPekalongan punya banYak cagar budaya yang kereen dan sarat sejarah ya mba. Seruu pasti menjelajahinyaa
BalasHapusAku selalu mau explore Pekalongan. Tapi cagar budaya yang mau aku datangi berhubungan sama sejarah batik. Seru kayanya mendengar cerita motif batik yang berevolusi sesuai dengan jamannya saat itu.
BalasHapusTradisi udik-udikannya mirip nyawer pas nikahan gak sih? XD seru tuh pasti pas rebutan recehannya wkwkwk.. btw cagar budayanya semoga bs dilestarikan terus..
BalasHapusdi Pasuruan juga ada daerah yg namanya Krapyak. tapi gak ada makan yg diziarahi banyak orang sih. baru tahu udik2an berarti warga sekitar bakal berkumpul buat ambil uang recehnya, gitukah?
BalasHapusAku baru tahu kalau Pekalongan jadi kota kreatif gitu. Ahaha. Kayaknya aku harus main ke Pekalongan juga nih, biar makin kaya ilmu sejarah bangsa.
BalasHapusAku belum pernah ke Pekalongan baca tentang ini kok ya aneh yah datang ke makam buat bersumpah heheheh apalagi yang datang bareng selingkuhan :D
BalasHapusMakannya dijadikan tempat keramat banget ya. Ngeri ih kalau ada yang berani sumpah di depan makam kaya gitu, kenapa harus di depan makam ya.
BalasHapusSayang yah, kalau bersumpah di depan makam. Lebih baik berziarah ke makam menjadikan kita untuk selalu ingat akan kematian, bahwa yang bernyawa pasti akan mati dan dimakamkan
BalasHapusPekalongan ya? Lumayan jauh dari Jakarta hihi. Kalo mudik ke Tegal juga masih sekitar 2 jam ya? Aku pernah ke pekalongan sebentar, pulangnya beli batik hihihhi
BalasHapusKapan-kapan harus banget wisata sejarah ke Pekalongan nih mba, biar taunya bukan cuma batik aja. Tapi emang peninggalan sejarah gini selalu ada cerita mistisnya ya. Bergidik juga nih aku ttg sumpahnya orang yang selingkuh kalau beneran melakukan akan kejadian sesuai sama sumpahnya. Hiii..
BalasHapusMembuang uang receh, hehe...unik juga tradisi udik-udikan ini ya. Aku belum pernah ke Pekalongan, menarik juga kayanya wisata sejarah dan batik-batikan :)
BalasHapusSaya belum pernah ke Pekalongan, selain terkenal dengan batiknya ternyata Pekalongan mendapat predikat Kota Kreatif di dunia tahun 2014. Baru tahu juga tentang makam mbah Wayah dan tradisi udik-udikan. Area makamnya masih terawat dengan baik ya.
BalasHapusAku belum pernah ziarah sampai ke Pekalongan nih mbak, semoga aja makamnya selalu terawat ya meskipun banyak peziarah yg datang
BalasHapusAku jadi bisa tahu sejarah tentang Mbah Wayah ini, jadi pengen ke Pekalongan biar bisa eksplore kota batik Pekalongan
BalasHapusUapiik tenan gaya berceritamu, Nyi shayaang~
BalasHapusAku terbius untuk tahu sejarah Mbah Wayah.
Aku salutnya sama orang Jawa itu...sangat mempertahankan budaya dan tradisi mereka.
Jadi unik dan memberi kesan yang dalaaam.
Cagar budaya harus benar2 dirawat dengan baik. Itu jangan sampe punah.
BalasHapusTradisi kayak gini harus dilestarikan ya mba. Suoaya generasi oenerus kita gak kehilangan jejak sejarah bangsanya.
BalasHapusBelum pernah ke sini. Tapi memang banyak banget ya tradisi-tradisi Indonesia khususnya hal yang seperti ini. Aku juga baru tahu soal udik-udikan ini
BalasHapuswahh yakin jane menarik seng koyo ngene, perlu terus dilestarikan
BalasHapusCagar budaya bener2 harus dilestarikan dgn baik ya, soalnya ini kan termasuk warisan negeri.. Biar bisa dinikmati sampe punya anak cucu besok..
BalasHapusWaah pernah dengar juga di daerah Jawa lain tradisi lempar receh tapi lupa namanya apa. Btw yang sumpah itu mirip2 sunpah pocong bukan Mbak? Aku kok jadi ngeri yah hehe
BalasHapus