Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar jadi Wirausahawan yang Tahan Banting


Belajar jadi Wirausahawan yang Tahan Banting - Saya yakin semua orang pernah merasakan kegagalan. Orang-orang besar yang sudah sukses, pasti pernah mengalami yang namanya gagal. Bahkan yang telah sukses besar, mungkin akan mengalami kegagalan lagi. Jadi tidak ada namanya rahasia untuk menjadi orang sukes, yang ada hanyalah persiapan diri, bekerja keras, dan menyediakan waktu mempelajari kekeliruan karena gagal untuk bangkit kembali.








Sejak SMA saya memiliki mimpi untuk bisa kuliah dan menjadi pengusaha, meskipun keadaan ekonomi kurang mendukung hal tersebut. Bahkan setelah lulus SMA saya harus pergi bekerja ke luar negeri, untuk membiayai adik saya sekolah. Akhirnya mimpi untuk kuliah masih dalam angan saja, merasa gagal iya tapi saya tidak meratapinya berlama-lama. Hidup harus terus dilanjutkan, saya yakin ada cara lain untuk menempuhnya.

Sepulang dari luar negeri, saya memiliki cita-cita untuk kembali kuliah. Saya putar otak untuk bisa kuliah dan memikirkan dapat biaya dari mana. Akhirnya saya ambil  kelas karyawan dengan sambil bekerja, saya akhirnya bisa kuliah. Pagi sampai sore ngantor, sore sampai malam menjadi karyawan piza adri usaha teman. Dari kedua hal yang saya geluti, saya belajar mengumpulkan nyali untuk usaha. Menjual apa saja yang bisa dijual. Dari sebuah toko jilbab yang ramai luar biasa, saya tergerak untuk berjualan jilbab online. Alhamdulillah laris, dan saya berencana mengalokasikan gaji untuk nyetok jilbab. Tapi kegagalan kembali menghampiri dan tidak bisa saya hindari. Jilbab yang saya stok sudah turun trendnya, akhirnya tidak diapa-apakan. Saya pakai sendiri dan saya bagi-bagikan ke saudara.



Mari memelihara harapan dan terus berusaha



Gagal berkali-kali tidak membuat saya menyerah, cara untuk bertahan adalah dengan melakukannya lagi dan mulai dari nol. Saya jualan lagi, dan jualan apa saja yang bisa dijual. Kadang mengambil barang dari teman, kadang mengambil barang online yang dijual lagi. Memelihara harapan tidak ada salahnya, dan terus hidup seperti biasanya. Saya yakin akan ada kesempatan yang baik datang.







Setelah menikah saya dan suami bekerjasama membuat usaha craft sendiri, memiliki pengalaman menjadi reseller dan dropshiper lumayan melelahkan. Dalam proses membangun saya dan suami mengalami trial and eror selama beberapa bulan. Alhamdulillahnya kami memiliki teman-teman yang selalu mendukung, dan memberi masukan. Sebuah produk yang diusulkan sahabat kami eksekusi, dan hasilnya lumayan peminatnya.

Selain itu kami juga berjualan gelas couple, gelas Mama-Papa yang mengalami orderan membludak. Setiap hari kami harus ke pasar, melakukan pengemasan dan pengiriman. Sayangnya ketidak hati-hatian membuat usaha kami gagal. Gelas yang dikirmkan pecah dalam pengantaran, otomatis kami harus mengrimkan kembali gelas baru yang utuh. Saya dan suami saling menguatkan, tidak masalah ini bagian dari proses begitu kata hati kami sembari melirik isi ATM yang terkuras.




Berharap Menemukan Koperasi Digital di Zaman Now ini




Saya masih ingat waktu SMA sering menjaga warung milik Bude, dan setiap jam 14.00 WIB ada orang datang menagih pembayaran. Ternyata koperasi simpan pinjam dari kota sebelah, yang turut membantu memberikan modal usaha untuk usaha bude karena kebetulan Bude menjadi anggotanya. Tetapi karena di tempat suami saya desa terpencil, belum ada modal Koperasi seperti diperkotaan membuat kami tidak tahu harus kemana. Semoga koperasi jama now bisa menyeluruh, baik di kota besar maupun di desa terpencil. Dengan harapan agar perekonomian keluarga kecil juga bisa terbantu. 







Hal-hal yang membuat saya tertarik dengan koperasi, adalah karena tujuan koperasi ini mensejahterakan anggota koperasi dan masyarakat di sekitarnya. Makanya saya berharap banget di desa suami ada koperasi zaman now, yang saya idam-idamkan. Di sisi lain koperasi juga memperbaiki kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi, seperti saya yang terkendala modal siapa tahu bisa menjadi anggota dan mendapatkan keuntungannya.

Karena sekian dari permasalahan UKM seperti saya ini terkendala dengan, ketersediaan modal. Jika dengan adanya koperasi bisa menjadikan perekonomian UKM lebih baik dan tidak memberatkan harapannya koperasi memberikan perannya lebih lagi terhadap kemajuan UKM untuk masyarakat Indonesia.






  • Mungkin koperasi digital jaman sekarang, ada baiknya memiliki website untuk memudahkan seseorang seperti saya misalnya membaca dengan lengkap hal-hal yang harus diketahui untuk menjadi seorang anggota.


  • Adanya aplikasi koperasi yang bisa diunduh lewat Playstore, sehingga lebih mudah dalam melakukan interaksi pemenuhan kebutuhan. Apalagi dalam revolusi industri 4.0 ini.



  • Apalagi jika koperasi memiliki Media Sosial yang aktif, dimana sekarang semua orang Indonesia menggunakan media sosial untuk berinteraksi berkomunikasi. Koperasi akan semakin dekat dengan masyarakat, anggota dan calon anggota untuk mengetahui lebih detail manfaat koperasi di era millenial ini.


  • Koperasi di era milenial  ini juga sangat butuh proses yang cepat, semisal dalam pembelian barang, pelayanan kepada anggotanya, peminjaman modal, cek SHU, memonitor kapanpun dan lain sebagainya. Koperasi dan generasi milenial selayaknya bisa tumbuh bersama untuk kemakmuran rakyat dan bangsa ini.


Semoga tujuan koperasi mewujudkan masyarakat yang adil, maju dan makmur dapat tercapai. Begitupula dengan tatanan perekonomian nasional semakin membaik lagi untuk Indonesia. (*)








Posting Komentar untuk "Belajar jadi Wirausahawan yang Tahan Banting"