Jualan Gandos Kelapa Pak Yoyok Berhasil Menguliahkan Anaknya
Bloggerkendal.com
– Gandos-gandos kelapa itu baru saja masuk ke dalam cetakan loyang, dengan api
yang panas berada di bawahnya. Sembari menunggu gandos kelapanya matang, lelaki
separuh baya itu membersihkan remah-remahan yang tercecer pada gerobak
dagangannya.
Pagi
ini saat mencari sarapan ke sana-kemari, saya tidak menemukan warung yang buka.
Di Pertigaan jalan depan masjid Kaliwungu, saya menemukan penjual gandos
kelapa. Akhirnya saya memutuskan untuk sarapan gandos, alih-alih mengusir rasa
lapar.
Siapa
sangka, hanya berjualan gandos kelapa pak Yoyok berhasil menguliahkan anaknya,
di ibukota. Bagaimana dengan kita? Saya, kamu, kalian, apakah harus menyerah
begitu saja melepaskan impian, saat keterbatasan menghimpit dan menjadikan kita
mulai pasrah?
"Bapak
aslinya mana?" tanya saya ketika ia berbicara dan logatnya bukan berasal
dari Jawa.
"Saya
Tasik, Neng!" jawabnya sambil mengumbar senyum ramah.
"Oh
berarti lebaran kemarin, mudik dong ya?" ucapku meneruskan percakapan,
karena gandos yang kupesan belum matang.
"Iya,
Neng. Mudik sebentar, balik lagi jualan."
"Wah,
kangen-kangenannya cuma sebentar doang Pak?"
Bibirnya
mengulas tawa lebar, "Hahaha ... iya Neng, udah biasa."
"Hah?
Lha memang Bapak udah di sini berapa lama?"
"Delapan
tahun, Neng," singkatnya, lantas membuka tutup loyang gandos. Meratakan
adonan, melihat tekstur barisan gandos yang sedang dipanggang. "Anak saya
kan masih kuliah , Neng."
"Lha
yang paling kecil Pak?"
"Masih
SD kelas 5," jelasnya dengan ramah.
Ah
si bapak, membuat saya kagum saja dan saya jadi mengingat bapak saya sendiri
yang entah di mana. Semoga Allah senantiasa melindunginya. Seandainya semua
bapak di dunia bertanggungjawab dengan amanah yang diembannya, mungkin tidak akan
ada anak-anak yang berkeliaran di jalan, anak-anak broken home yang menjadi
korban. Walaupun bukan berasal dari keluarga yang nggak utuh jangan pernah
menganggap hidup kita nggak utuh juga.
Teruslah
mengingat, pada setiap kesedihan yang datang, akan ada kebahagiaan yang
menjelang. Yakinlah bahwa air mata yang kita keluarkan sekarang, kelak akan
menjadikan sebuah senyuman. Kita masih punya mimpi yang harus diperjuangkan,
sama seperti pak Yoyok yang terus berjuang untuk bisa menyekolahkan
anak-anaknya, menjadi pemimpin, lelaki yang bertanggung jawab untuk istrinya.
Menafkahi juga membahagiakan keluarganya. Dan kita nggak boleh menyerah begitu
saja, pak Yoyok yang sudah sepuh aja bisa, kita yang masih muda-muda ini kenapa
enggak bisa?
Nggak ada satu orang pun yang bisa mewujudkan mimpi kita selain kita sendirilah yang mewujukan.
"Pak
boleh izin, minta fotonya bapak?" kataku kemudian mengambil ponsel.
"Waduh
Neng, makasih," kata pak Yoyok, dengan senyuman. Hhmmm ... Makasih untuk apa coba pak Yoyok ini, batinku dalam hati. Justru aku yang seharusnya harus bilang terima kasih.
Karena
gandos pesananku sudah matang, aku mengakhiri percakapanku dengan pak Yoyok.
Aku mungkin tidak bisa membantu banyak bahkan membahagiakan semua orang, tetapi
setidaknya aku bisa sedikit membahagiakan pak Yoyok dengan membeli dagangannya.
Terima kasih untuk pelajaran hari ini Pak, terima kasih telah mengajari tentang
kenyataan. Yang harus kita percayai, Tuhan tidak akan menguji hambanya, jika
Tuhan nggak yakin hambanya mampu menghadapinya. Mari lebih bersemangat untuk
menjalani setiap ujian yang diberikan Tuhan.
Jempol banget ya semangatnya, seandainya semua ayah punya semangat seperti pak Yoyok ...
BalasHapuskita ga boleh kalah semangat :D
Hapus