Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proyek SUKA #SuaraUntukKusta untuk Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas

Apa yang teman-teman tau tentang penyakit kusta? Kusta merupakaninfeksi atau bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit. Kusta juga dikenal dengan istilah lepra, hansen atau Morbus Hansen.

 

Dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi cerita mengenai kegiatan sharing yang saya ikuti di sesi webinar zoom dan YouTube. Acara gathering dan peluncuran proyek SUKA #SuaraUntukKusta ini dilaksanakan berkat kerjasama dari NLR dan KBR (Kantor Berita Radio). Acara ini diselenggarakan untuk mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas akubat kusta. Mari hilangkan stigma mengenai kusta dan disabilitas. setidaknya dukungan kita bisa memberikan semangat untuk mereka. Hal ini dikarenakan kalau penderita tidak segera diobati dengan baik akan berkibat sulutnya melakukan aktifitas karena keterbatasan fisik dan mental.

 




Selain untuk memberantas stigma kusta dan disabilitas, kegiatan ini juga dilakukan untuk mengingatkan kepada sesama kalau penyakit kusta itu ada dan memang perlu diberikan perhatian bukannya diabaikan dan dikucilkan. Untuk peringatan kusta sedunia (World Leprosy Day) diselenggaraan tepat pada tanggal 31 Januari 2021. Peluncuran Program SUKA (Suara Untuk Kusta) dilakukan NLR.

 

Penyakit Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Maka dari itu sangat disarankan agar yang terkena penyakit Kusta berobat dengan rutin agar dapat disembuhkan tanpa cacat dan stigma kusta yang ada pada pasien menjadi hilang.


Pada acara webinar hari rabu 14 April 2021 kemarin kita ternyada media memiliki peranan penting dalam menghapus stigma kusta dan disabilitas yang ada di Indonesia. Contohnya saat kita ingin memberitakan mengenai sumbangan pejabat publik yang tengah berinteraksi dengan saudara kita yang terkena Kusta maupun disabilitas, sebisa mmungkin kita mengambil gambar ketika sedang berinteraksi, ngobrol maupun bermain. dan diusahakan pengambilan foto dilakukan dengan gaya Eye Level. demikian yang disampaikan oleh Lutfi Anandika sebagai salah satu narasumber.


Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas



Lutfi juga memaparkan kalau ada permasalahan media yang sering muncul ketika membicarakan  tentang isiu disabilitas.  seperti:

 

  1. Dikotomi normal dan tidak normal, sempurna dan tidak sempurna, beruntung dan tidak beruntung dll
  2. Bahwa disaabilitas tidak berkaitan dengan akibat, dosa leluhur, menyangkur ibit bobot, sehingga disabiliras dianggap aneh dan menakutkan.
  3. Idenntik dengan sesuatu yang dibawa, diderita sebagai penyakit.
  4. Ditempatkan dalam posisi esklusif seperti di Sekolah, rumah dan lainnya.

Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas

Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas

Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas



Dalam sesi sharing, ibu Citra Dyah Prastuti mengatakan kalau selama 22 tahun berdiri, KBR Indonesia konsisten mendorong isue cerita dan karya yang melibatkan kelompok yang terpinggirkan. Sebagai Kantor Berita Radio yang memproduksi Podcast, tentunya KBR Indonesia memiliki peranan penting untuk menyampaikan edukasi kepada masyarakat. Maka dari itulah saya sebagai blogger terdorong untuk turut serta menyampaikan informasi kepada masyarakat dan untuk saya sendiri bahwasanya persebaran informasi yang baik soal stigma kusta dan disabilitas perlu disebarkan.


Dari kementrian kesehatan sendiri menargetkan di tahun 2020- 2021 terkait eliminasi kusta adalah:

  • Kasusu baru pada anak masih 9.14%. Karena itu berikan imunisasi BCG pada bayu yang dapat membantu mengurangi kemungkinan terkena kusta.
  • Masih ada 8 provinsi yang masih belum bebas kusta
  • Jumpah penderita masih ada sekitar 20 ribu orang.

 

 

Pengetahuan Sederhana Penyakit Kusta

 

Sebagai orang awam, Kita juga perlu mengetahui ciri-ciri penyakit kusta. Sehingga ketika kita berinteraksi di lingkungan maupun di media sosial kiya tidak kaget lagi dan bisa tetap memperlakukan pasien sewajarnya sehingga bisa ikut mengurangi stigma yang berkaitan dengan kusta maupun disabilitas.

 

Pada sesi sharing tanggal 14 April 2021, ibu Christiana Widyaningrum, MKes mengatakan kalau kusta itu ada 2 jenis yaitu kusta kering dan kusta basah. Ciri cirikusta kering biasanya terlihat seperti bersisik, sering dianggap sebagai eksim atau panu. Sedangkan kusta basah biasanya kulit basah mengkilap.

 

Penularannya :

Penularan penyakit kusta bisa saja terjadi jika tidak diobati sehingga mempengsruhi syaraf tubuh. Penularannya bisa melalui sentuhan antar kulit maupun droplet saat pasien batuk. Maka dari itu keluarga pasien juga harus diperiksa agar tidak untuk menghindari penularan.

 

Gejala :

Gejala awal yang terjadi pada pasien berupa bercak putih seperti panuatau kemerahan pada kulit, mati rasa tidak gatal dan tidak perih. Jika sudah parah, bisa saja terjadi kecacatan yang diakibatkan karena kuman kusta menyerang syaraf karena terlambat diobati.

Beberapa cacat yang terjadi :

  • Mata yang tidak bisa menutup dan bisa sampai berakibat kebutaan.
  • Mati rasa pada telapak tangan, jari-jari keriting, memendek, putus-putus dan lunglai
  • Tepalak kaki mati rasa, memendek dan semper, jari-jari keriting

 

Pengobatan :

Pengobatan bisa dilakukan sesegera mungkin. Di puskesmas juga telah disediakan secara gratis dan harus rutin meminumnya. Pengobatan bisa dilakukan secara rutin selama 6 bulan atau 12 bulan. Hal ini tergantung pada jenis penyakit kusta yang dialami pasien.

 

Dibutuhkan pengobatan secara dini karena harus jelas juga mana obat yang cocok dan jenis kusta seperti apa. Dengan pengobatan rutin diharapakan bisa menghindari terjadinya kecacatan.

 

Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas



Dalam sesi lain 19 April 2021 dari KBR yang juga membahas mengenai kusta, Pemateri dr. Udeng Damam selaku Technical Advisor Program Pengendali Kusta NLR Indonesia mengatakan bahwa penyakit ini tidak menular. Karena 95% penduduk memiliki kekebalan alami terhadap kusta. hanya 3% saja dari penduduk yang bisa tertular namun bisa sembuh, dan 2% yang bisa tertular dan memerlukan pengobatan.

 

beliau juga menjelaskan bahwa ada obat pencegahan untuk keluarga yang disekitar pasien. untuk  meningkatkan kualitas hidup bukan hal yang mudah. perlu penanganan bersama. dalam hal in NLR bekerja sama dengan pemerintah dan dinas kertain hingga organisasi yang konsen kepada disabilitas. bemtuknya ada berupa sisi medin dan non medis. jadi bagaimana upaya agar pasien kusta tidak jatuh kedalam disabilitas karena kusta nya.

 

Selain ada pemeriksaan untuk pengobatan secara cepat untuk menemukan pasien kusta, NLR juga melakukan program untuk melakukan pencegahan sedini mungkin agar masyarakat tidak terkena penyakit kusta, NLR juga melakukan kegiatan bersama organisasi masyarakan untuk mendukung kelompok perawatan diri yang akan berkembang jadi kelompok mandiri sehingga bisa dikembangakan dengan membuat jejaring dan terampilan bisa aproduktif melalui organisasi.

Posting Komentar untuk "Proyek SUKA #SuaraUntukKusta untuk Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas"